Sejarah Singkat Pura Amarta Jati
Pura Amarti Jati didirikan
pada 7 juli 1985, Diresmikan oleh KASAL. Dalam Penamaan pura ini di ambil dari
bahasa jawa kuno, yang mana Amarta itu artinya Langgeng/Abadi apa yg dimaksud
dengan ababadi? Tuhan lah yg abadi. Dan Jati itu artinya Sesungguhnya. Ketika
penggalan kata ini digabungkan artinya, sesungguh nya Tuhan ada disini. Di pura
Amarta Jati
Penamaan pura Amarta Jati
ini bukan diambil dari sosok Individualis, tetapi di ambil dari segi
Spiritualis yang mana nanti nya ada beberapa calon nama untuk pura dan dari
setiap nama-nama calon pura ini dikumpukan lalu di gulung dibawah dupa, dan
dupa mana yang akan duluan habis maka
nama itulah yang di inginkan oleh Tuhan. Dan di Nama Amarta Jati ini lah yang
terpilih.
Arsitektur Bangunan Pura
Amarta Jati ini pun hampir mirip dengan
pura-pura yang ada di Bali. Mengapa
demikian? Dikarenakan memang para Arsitek pura Amarta Jati ini didatangkan
langsung dari Bali.
Ada beberapa perkumpulan
yang sering dilaksanakan di pura Amarta Jati ini, salah satunya perkumpulan
Tempe/Banjar. Yang mana para anggota perkumpulan ini ketika nanti salah satunya
ada yang meninggal maka biaya pengabenan nya akan di gratiskan, karena telah di
asuransikan.
Sejarah Singkat Vihara Ratana Graha
Vihara Ratana Graha terletak di
daerah Pondok Cabe Tanggerang Selatan yang di resmikan pada tgl 6 Juni 2015
oleh Sangha Terafada Indonesia. Yang mana dahulu adalah fihara pribadi lalu
kemudian di hibahkan untuk menjadi tempat peribadatan umum untuk kemaslahatan
bersama.
Secara arsitektur Vihara Ratana Graha
ini tembok bagian halaman di penuhi dengan lukisan-lukisa ukir yang setiap ukiran
atau gambar itu mengandung cerita-cerita dari sang Budha dalam perjalanan
mengajarkan ajarannya kepada murid-muridnya ataupun kisah-kisah perjalanan
hidupnya yang tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada umat manusia
terutama umat Agama Budha untuk selalu dan tetap meniru atau mengikuti apa yg telah
di ajarkan oleh sang Budha. Selain dari lukisan di tembok ada lagi gambar
tangan di setiap lukisan tdi yang mengandung arti selalu menghormati siapa saja
umat manusia yg datang terlebih kepada umat Budha sendiri.
Setelah kita masuk ke ruangan atau
tempat ibadah yang di sebut dengan Altar ada patung sang Budha yang mana di Artikan
supaya sang Budha hadir di tengah-tengah ketika melaksanakan pribadatan kepada
sang Budha, di belakang patung Budha ada lukisan Roda Kehidupan yang mempunyai
arti bahwa setiap manusia itu harus selalu berusaha buat berbuat baik dan kehidupan
ini berputar seperti roda yang mana manusia tidak selamanya tidak selalu berada
di atas dan tidak selalu berada dibawah karena kehidupan selalu berputar
selayaknya Roda yang selalu berputar.
Selain itu di depan patung sang Budha
juga ada api yang selalu menyala yang mempunyai arti bahwa setiap umat yang
datang agar selalu di beri jalan penerang seperti layaknya api yg tak kunjung
padam dan memberi penerang bagi kehidupan, lalu kemudian ada tiga gelas air
putih di depan sang Budha yang memang sengaja di Tarok, yang mana menurut
kepercayaan mereka, air tersebut di percayai untuk minum sang Budha dan setiap
sore dan pagi air tersebut selalu di ganti dengan air yang baru.
Untuk melaksanakan ibadah di perlukan
menyalami hiu yang mana setiap hiu yang kita ambil mempunyai arti tersendiri
misalkan kita membakar 3 hiu artinya dinyalakan ketika ada orang yang meninggal
dan untuk menyalakan hiu memakai api yang selalu hidup tadi yang telah ada di depan
Altar.
Ada ruangan kedua yang di siapkan
memang khusus untuk rapat, menyimpan kitab-kitab dan juga mengajar anak sekolah
yang ingin belajar tentang Agama Budha serta di sediakan ruangan makan para tamu
yang datang. Yang paling utama adalah bahwa ketika melaksanakan ibadah bukan
berarti umat Budha itu menyembah patung, akan tetapi menurut kepercayaan mereka
agar sang Budha hadir dan mendengarkan doa dari umatnya.