Kamis, 07 Desember 2017

Sejarah Singkat Pura dan Vihara

Sejarah Singkat Pura Amarta Jati

Pura Amarti Jati didirikan pada 7 juli 1985, Diresmikan oleh KASAL. Dalam Penamaan pura ini di ambil dari bahasa jawa kuno, yang mana Amarta itu artinya Langgeng/Abadi apa yg dimaksud dengan ababadi? Tuhan lah yg abadi. Dan Jati itu artinya Sesungguhnya. Ketika penggalan kata ini digabungkan artinya, sesungguh nya Tuhan ada disini. Di pura Amarta Jati
Penamaan pura Amarta Jati ini bukan diambil dari sosok Individualis, tetapi di ambil dari segi Spiritualis yang mana nanti nya ada beberapa calon nama untuk pura dan dari setiap nama-nama calon pura ini dikumpukan lalu di gulung dibawah dupa, dan dupa mana yang akan  duluan habis maka nama itulah yang di inginkan oleh Tuhan. Dan di Nama Amarta Jati ini lah yang terpilih.
Arsitektur Bangunan Pura Amarta Jati  ini pun hampir mirip dengan pura-pura  yang ada di Bali. Mengapa demikian? Dikarenakan memang para Arsitek pura Amarta Jati ini didatangkan langsung dari Bali.
Ada beberapa perkumpulan yang sering dilaksanakan di pura Amarta Jati ini, salah satunya perkumpulan Tempe/Banjar. Yang mana para anggota perkumpulan ini ketika nanti salah satunya ada yang meninggal maka biaya pengabenan nya akan di gratiskan, karena telah di asuransikan.

Sejarah Singkat Vihara Ratana Graha

Vihara Ratana Graha terletak di daerah Pondok Cabe Tanggerang Selatan yang di resmikan pada tgl 6 Juni 2015 oleh Sangha Terafada Indonesia. Yang mana dahulu adalah fihara pribadi lalu kemudian di hibahkan untuk menjadi tempat peribadatan umum untuk kemaslahatan bersama.
Secara arsitektur Vihara Ratana Graha ini tembok bagian halaman di penuhi dengan lukisan-lukisa ukir yang setiap ukiran atau gambar itu mengandung cerita-cerita dari sang Budha dalam perjalanan mengajarkan ajarannya kepada murid-muridnya ataupun kisah-kisah perjalanan hidupnya yang tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada umat manusia terutama umat Agama Budha untuk selalu dan tetap meniru atau mengikuti apa yg telah di ajarkan oleh sang Budha. Selain dari lukisan di tembok ada lagi gambar tangan di setiap lukisan tdi yang mengandung arti selalu menghormati siapa saja umat manusia yg datang terlebih kepada umat Budha sendiri.
Setelah kita masuk ke ruangan atau tempat ibadah yang di sebut dengan Altar ada patung sang Budha yang mana di Artikan supaya sang Budha hadir di tengah-tengah ketika melaksanakan pribadatan kepada sang Budha, di belakang patung Budha ada lukisan Roda Kehidupan yang mempunyai arti bahwa setiap manusia itu harus selalu berusaha buat berbuat baik dan kehidupan ini berputar seperti roda yang mana manusia tidak selamanya tidak selalu berada di atas dan tidak selalu berada dibawah karena kehidupan selalu berputar selayaknya Roda yang selalu berputar.
Selain itu di depan patung sang Budha juga ada api yang selalu menyala yang mempunyai arti bahwa setiap umat yang datang agar selalu di beri jalan penerang seperti layaknya api yg tak kunjung padam dan memberi penerang bagi kehidupan, lalu kemudian ada tiga gelas air putih di depan sang Budha yang memang sengaja di Tarok, yang mana menurut kepercayaan mereka, air tersebut di percayai untuk minum sang Budha dan setiap sore dan pagi air tersebut selalu di ganti dengan air yang baru.
Untuk melaksanakan ibadah di perlukan menyalami hiu yang mana setiap hiu yang kita ambil mempunyai arti tersendiri misalkan kita membakar 3 hiu artinya dinyalakan ketika ada orang yang meninggal dan untuk menyalakan hiu memakai api yang selalu hidup tadi yang telah ada di depan Altar.
Ada ruangan kedua yang di siapkan memang khusus untuk rapat, menyimpan kitab-kitab dan juga mengajar anak sekolah yang ingin belajar tentang Agama Budha serta di sediakan ruangan makan para tamu yang datang. Yang paling utama adalah bahwa ketika melaksanakan ibadah bukan berarti umat Budha itu menyembah patung, akan tetapi menurut kepercayaan mereka agar sang Budha hadir dan mendengarkan doa dari umatnya.